Cari Blog Ini

Minggu, 22 Januari 2012

saat yang pertama direkayasa oleh keLABILan


Semua hal di dunia ini yang berembel-embel kata “pertama”... should be an interesting things!! dan akan sangat sulit untuk dilupakan bahkan tidak akan bisa terlupakan hingga akhir masa (sadaaaaappp :P). Beberapa contoh cuplikan adegan kehidupan cinta yang berembel-embel “pertama” bisa kita kemas antara lain,  nge-date pertama, pacar pertama, ciuman pertama, putus cinta pertama , ketemu calon mertua pertama, lamaran pertama, pernikahan pertama, malam pertama, mendapat anak pertama, pertengkaran pertama, mingggat-minggatan pertama, rujuk-rujukan pertama, hingga perceraian pertama.

Sebenarnya, selain hal pertama yang berkaitan dengan CINTA masih banyak hal pertama lain di dunia ini yang patut dan menarik untuk diperbincangkan, tetapi entah mengapa.... hal-hal yang berkaitan dengan kata cinta itu selalu membuat bulu ketiak Sule merinding. Oleh karena itu, sekarang mari kita bicarakan hal-hal pertama yang berkaitan dengan cinta. By the way.... pernah suatu waktu, teman dekatku menikah untuk pertama kalinya (dan tentu aku juga berharap itu yang terakhir, amiiiin), beberapa hari kemudian kami saling telpon-telponan. Tanpa bermaksud aneh-aneh aku bertanya padanya
 “eh, gimana pengalaman pertamanya? Pasti seru ya??“ tanyaku dengan polos.
“iiihhh,,, kamu apaan sih? Aku kan jadi malu...” jawabnya dengan malu-malu.

“malu?” aku bingung, mataku melotot.

 
“yah, kalo kamu mau tahu makanya cepet cari pacar terus nikah deh... ntar kan jadi tahu gimana rasanya...hmmm,kalo di ceritain orang lain kan nggak seru.khe khe khe. Yang jelas sih agak-agak gimana gitu...tapi mau gimana? Namanya juga kewajiban” tambahnya dengan nada suara berbunga-bunga, sampai-sampai hapeku ikut wangi seharum bunga sedap malam. (aku jadi curiga...ini wangi dari hape ku...atau wangi dari sabun tumpah).


“HAH?*mataku melotot* Tunggu...tunggu... ini kita ngobrolin apa sih sebenernya??” aku semakin tidak mengerti dengan jalan pikirannya.


“Lah,kamu kan tadi yang nanya tentang malam pertama?” tembaknya.


“Apaaahhhh???” #sumpah bolot banget nih punya temen satu# “PENGALAMAN PERTAMA woyy.. bukan MALAM pertama!!! Maksudnya itu... pengalaman pertama kamu, tentang semua hal yang baru yang aku nggak tahu. Kayak misalnya, pengalaman pake baju pengantin, pengalaman jadi ratu sehari, pengalaman di ijab’in sama pak camat, yah pokoknya pengalaman-pengalaman kayak gitu lah. Aku yakin itu pasti pengalaman2 pertama yang seru kan? Kenapa jadi ngarahnya ke itu?? Kalo pengalaman yang itu sih nggak usah dicerita-ceritain!!” protesku sambil merem melek, menahan kekesalan. Oke, sungguh bukan maksudku untuk menggiring obrolan ini ke arah yang tidak signifikan. Tetapi jika sampai obrolan ini mengarah kesana, tolong panggilkan Mang Ojik..., karena hanya dia orang yang selalu mengarah pada jalan yang benar. Berkat XL xlalu untukmu.
“oohh... ITU maksudnya?... iy...iy...iya sih seru. He he he... udah dulu ya kalo gitu, hemmm... jemuranku belum kering nih mana aku lagi masak nasi juga. Oke? Da...Bye...” tut tut tuuut.
Aku jadi bertanya-tanya, sejak kapan jemuran belum kering berhubungan dengan adegan memasak nasi??? Perasaan, Ibuku yang cinta banget sama baju-baju yang di jemurnya nggak pernah sampe segitunya hingga membandingkan antara proses penjemuran yang dilakukan oleh matahari dengan proses masak memasak nasi yang dilakukan oleh seonggok kompor atau sebatang Rice Cooker. Baru kali ini aku melihat ada keterkaitan yang sangat mendalam hingga membuat temanku ini menutup telponnya tiba-tiba. Sejak kapan ada emak-emak masak nasi di halaman belakang dengan alasan sambil nungguin jemurannya?? Kecuali kalo hidup pada zaman purba dulu yang masak nasi masih pake batu dan masih tinggal di goa-goa, tapi mengingat apa yang tertulis di buku sejarah SD di zaman itupun manusianya masih belum akrab dengan pakaian. Jadi nggak mungkin kan mereka dibuat resah oleh seonggok jemuran ketika sibuk memasak nasi?? Haduuuh, Mengingat kejadian itu, akhirnya aku menyimpulkan sesuatu yang wajib dicatat. Bahwasanya, JANGAN PERNAH BERTANYA TENTANG SESUATU HAL YANG BERBAU “PERTAMA” PADA PENGANTIN BARU!!! Apapun itu, lebih baik urungkan saja.
 

Semua orang pasti akan mengukir kenangan pertama mereka di dalam bagian sel otak yang paling dalam,baik itu kenangan yang baik ataupun yang buruk. Karena pada dasarnya, sel otak manusia itu saling berkaitan dan berhubungan sehingga akan menghasilkan konduksi dan akhirnya berbuah pada suatu pemikiran yaitu “Yang pertama Yang menggoda”. Entah apa yang membuat menggoda dan siapa yang menjadi tergoda..... Yang seharusnya menjadi pertanyaan penting disini adalah : Apa sebenarnya arti kata KONDUKSI itu sendiri?? No comment. Silahkan buka kamus  besar bahasa indonesia masing-masing! Bagi yang tidak punya kamus? Silahkan buka buku diary kalian masing-masing, dan mulailah menulis “dear diary...... ini kegalauan pertamaku....”. Silahkan...
Baiklah... berbicara tentang hal pertama mengenai cinta. Sejujurnya aku kurang yakin apa aku pernah mengalami dan memiliki kenangan itu. Tetapi mengingat masa-masa labilku dulu ketika masih mengenakan seragam putih abu-abu, ada sesuatu hal yang sangat menggelikan untuk dibicarakan tapi ingin sekali aku ungkapkan. Anggap saja ini sebuah curhatan kecil, dari seseorang yang merindukan kata cinta mampir di antara celah hatinya (Cieehhhiiilleeee... apaan sih nih?? Sok GALAU banget!). 


Waktu itu aku masih diantara kelas X dan XI (ingatanku sedikit kabur). Umur belasan yang hampir berakhir membuatku menjadi remaja yang labil karena disibukkan dengan agenda mencari-cari identitas diri. Bukan! bukan identitas diri berbentuk KTP yang harus diurus di kelurahan. Tetapi identitas diri seperti mengenali diri sendiri dan mengidentifikasi mau membawa kemana diri ini di umur yang segini, cukup ribet memang. Tapi begitulah... sulit untuk di terjemahkan dalam bahasa manusia. Aku memiliki banyak teman, mereka sangat aktif dan energik. Dengan segenap virus yang mereka miliki mereka mampu mengkonduksikan keaktifan dan keenergikan mereka padaku yang sangat polos dan naif. Berteman dengan mereka, membuat hari-hariku di SMA TIDAK SEABU-ABU SERAGAMKU. Kehidupan SMA ku sangat menyenangkan, walaupun tidak sekebetulan dan semenarik kehidupan SMA di FTV-FTV yang biasa tayang di SCTV. Mereka secara perlahan memberikan semangat dan kepribadian baru dalam diriku, mereka yang mengajariku menjadi mudah bergaul, menjangkitiku dengan sindrom ‘mood easy going’ dan bahkan membuatku mengenal kata ‘bolos’ (aku jadi pengen SMA lagiiiii, huaaaa). Mereka... yah gara-gara mereka aku jadi mengenal apa itu “gebetan dan kecengan”. Percaya atau tidak, aku ini dulu benar-benar polos dan bahkan sangat naif (sebelum mengenal mereka). Hidupku lurus-lurus saja, pagi pergi ke sekolah tepat waktu, sesampainya di sekolah belajar dengan baik, waktu istirahat jajannya di koperasi (kantin sekolah selalu ramai, tempatnya nongkrong anak-anak gaul dan sementara aku tidak bisa nongkrong.bukan!!!bukan nongkrong yang seperti kalian biasa lakukan di kamar mandi), sepulang sekolah langsung pulang kerumah, sampai dirumah langsung tidur sampai sore. Begitu seterusnya. Tetapi, rutinitas tidak bermutu ini perlahan-lahan pudar dan tergantikan dengan rutinitas yang pada dasarnya sama hanya saja ada sedikit hal yang membedakan. Paling pagi berangkat ke sekolah pukul 06.50 wib (padahal jarak dari rumah-sekolah = 15km), sesampainya disekolah langsung dihadang satpam didepan pintu pagar, waktu istirahat jajannya di kantin sok-sok ikut nongkrong berjam-jam walaupun ujung-ujungnya hanya membeli sebatang chocolatos mamamia lezatos atau sebutir permen mints , sepulang sekolah nongkrong-nongkrong sok gaul di warung depan sekolah, sampai dirumah langsung nyahut Hape dan mulai sms-an nggak jelas dengan orang yang nggak kalah nggak jelasnya. Rutinitasku yang awalnya sudah tertata rapi berubah menjadi kacau berantakan, seperti rumah Spongebob pasca diacak-acak si Gary. Ini adalah kali pertama bagiku, bertingkah seperti anak remaja yang benar-benar GAUL. Sebagai remaja labil, aku sangat bangga!!!. Oleh karena itu, aku memaksa dengan sangat kepada otakku untuk bersedia mengolor kembali ingatan-ingatan menyebalkan di masa keemasan kelabilanku. Berikut adalah beberapa daftar tingkah-tingkah yang jika aku lihat sekarang bisa di ingat oleh otak emasku dan sejujurnya ingatan ini sangat ingin aku donasikan pada ruang kosong otak Fitri, siapa tahu dapat ikut hilang bersama terjedotnya kepala Fitri saat disiksa oleh si Misca. 
  •     Kelabilan pertama
Aku yang sangat polos dan belum pernah mengenal kata “secret admirer” dan tentu belum pernah melakoni peran itu tiba-tiba terperosok dan terjebak hingga bertingkah bak seorang pencuri sandal jepit milik pak polisi (baca:AA yang tertukar). Bagaimana tidak??? Secara diam-diam memperhatikan setiap gerak-gerik sang “gebetan” dan secara mengendap-endap menyekap salah seorang temannya untuk mengorek informasi mendalam tentang sang “gebetan”. (Agar hal yang tabu tersebut menjadi patut dan layak untuk dijadikan referensi, mari kita olor kembali pita otakku). Aku ingat waktu itu masih awal masuk sekolah, ada sebuah pertandingan basket antar SMA yang diadakan dilapangan basket sekolahku. Sebagai murid yang budiman, aku dan segenap temanku pun bersorak-sorak ala anak ayam kelaparan di salah satu sudut lapangan. Tanpa sadar, mataku terus mengikuti setiap langkah dari salah satu pemain bernomor 17 nomor punggung disamarkan. Tubuhnya tegap, tinggi menjulang, kulitnya putih, rambutnya jabrik ala landak kecebur kolam lem (klimis abisss), dan yang terpenting tampangnya cuy.... mirip sama Rama Michael (menurutku sih). Wuiiihh... that was my first time to see him dan aku langsung tersepona dahsyat. Beruntung dia selalu memberikan point untuk SMA kami dan akhirnya sekolah kami menang. He is the most charming player.... in my eyes of course!!
“ itu namanya Nico...” ucap salah satu temanku, sambil tetap menatap ke arah lapangan.
“ oh ya?? Kamu kenal sama dia? “ aku terkejut.
“ lumayan, dulu waktu aku SMP pernah sms-an sih. Nama lengkapnya Nico Putra Yono” jawabnya tanpa menoleh padaku.
“ apa? Udah keren Nico... kok pake dikasih embel-embel Putra Yono? Ngarang ah kamu...” aku nggak percaya dengan bualannya.
“ ih,,,beneran. Kalo nggak percaya liat aja name tag nya besok. Eh, aku sih punya nomornya. Kamu mau? “ kali ini dia menatapku dalam-dalam.
“ hmmm... are U serious?? Absolutely, yes... give it to me!!” seruku lantang.
Dari situ aku mencatat nomor hape pemberian temanku yang bernama Septa itu di catatan buku sejarah. (waktu masih awal SMA aku masih dilarang membawa hape ke sekolah, pada zaman itu hape masih termasuk dalam rentetan barang mewah). Sepulangnya dirumah, langsung kuraih hape dan menyimpan nomor itu dengan nickname ‘mirip Rama’. Iya, waktu itu aku masih polos. Dengan berbekal kepolosan terkutuk itu, aku mulai mengetik kata-kata di layar hape sony ericson yang sekarang sudah almarhum itu dengan sangat hati-hati. Begini “hmmm... jD bSok Qm bRngkt k skuL jam bRpah?” --send to mirip Rama-- . Waktu itu trick salah kirim sedang menjamur dan tulisan sms ‘GeDhe KeciL’ sedang nge-hits. Tidak sia-sia, untuk beberapa menit dialog menyebalkan via sms ini berlangsung.
< sms received from mirip Rama >
mUup... caPa yah?   >> (maaf, siapa ya?)
< sms send to mirip Rama >
Loh? Amu uGa ng-sApe nuMb Qyu yeaW?? nUy Na2... luPa yeAw??  >> (Lho kamu nggak nge-save nomor aku ya? Ini Nana,lupa ya?)
< sms received from mirip Rama >
Nana?? ciapaH y?? sOurry.... keKx Qm sLh numeR....  >>  (Nana? Siapa ya? Sorry,kayaknya kamu slah nomor)
< sms send to mirip Rama >
Hmmm... nUy aRdi kAn? cOmbong bGd ciehhh?? ugA knaLin Qyu... :(  >> (hmmm, ini Ardi kan? Sombong banget sih? Nggak ngenalin aku.... –ekspresi terjangkit busung lapar-)
< sms received from mirip Rama >
buKaaaaaann... Qm sLh orAng.(aRdi tu pMbantu gW...)  >>  (bukan,kamu salah orang.Ardi itu pembantu gue... )
< sms send to mirip Rama >
Lah tYus?? aMu caPa?  >>  (Lha trus kamu siapa?)
< sms received from mirip Rama >
Loh koq bAlik nNya siEch?? Ya Qm doNk yg cApa??  >>  (Lha kok balik nanya sih? Ya kamu dong yang siapa?)
< sms send to mirip Rama >
Q na2... Qm? >> (aku Nana...kamu?)
< sms received from mirip Rama >
Nico.... :) >>  (Nico...-ekspresi geli-)
     [Keterangan : (>>) = translate dalam bahasa manusia!!!]
Greaaat....!! yesssss...... I got U. Trick salah orang memang cukup menjanjikan pada waktu itu. Aku bersorak kegirangan, dan bergirangan dalam bersorak...jika dapat digambarkan, waktu itu aku bisa saja sampai meloncat-loncat nggak jelas dari atas genteng tetangga satu ke tetangga yang lain ala super hero kocak di global tivi (mengingat genteng rumahku rentan bocor). Dengan bergaya sok kenal sok dekat, aku berhasil memancingnya. Kha kha kha kha kha....... :D puaaaassss rasanya. Walaupun jujur, hal diatas sangat bodoh dan menggelikan untuk dimengerti. Aku akui, aku benar-benar melakukannya. Iya, hal bodoh biadap tersebut. Ketika terdera kelabilan, kalian tidak akan mempersoalkan bodoh atau masuk akalnya sesuatu. Malam harinya, aku tidak bisa tidur. Satu sms dari Nico membuat pikiranku melayang tak keruan hatiku melonjak gembira tak ketulungan, rasanya seperti menyeberangi samudera Hindia dengan berenang ala kupu-kupu mabok dengan sukses. Dan keesokan harinya, aku langsung memamerkan kejadian maha dahsyat dalam era kelabilanku pada khalayak ramai yaitu pada teman-temanku. Tidak kusangka, reaksi mereka hanya biasa saja. Aku sedikit kecewa, ternyata hal yang sangat langka terjadi melebihi gerhana bintang dalam hidupku ini hanya berarti biasa bagi mereka. Mereka menganggap hal ini biasaaaa.... huaaaa. Kampret! Pertaruhan harga diri dan kebodohan ini hanya setara dengan kata “OH, ya udah...baguslah”, Cuma segitu doang. Hemmphhh....nyebelin sangat!!!! Tetapi, keesokan dan keesokan harinya lagi trick Fitri amnesia ini terus berjalan. Akibatnya, aku semakin terlihat sangat bodoh didepan Nico. Its OK...fine, apapun akan aku lakuin demi mendapat pengakuan cewek labil yang sukses di mata teman-temanku. Karena setelah aku tahu, mereka ternyata juga sudah memiliki target buruan masing-masing, setara dengan Nico target mereka juga masih kakak kelas-kakak kelas juga. Dan tanpa di sensor, mereka juga ternyata melakukan misi penyetaraan kelabilan dengan kadar dan cara bodoh yang hampir sama denganku. Khe khe khe khe.... (ketawa-ketiwi ala malin kundang pasca nendang emaknya). So, aku menjadi sangat lega karena perilaku tak waras yang kujalani masih cukup nge-hits di kalangan remaja labil di Indonesia. Merdeka.... !!!!
  •     Kelabilan kedua
Hari-hari berlalu dengan cepatnya, dari dedaunan mengering dan berjatuhan seperti di film Mohabbatein menjadi menghijau dan lebat kembali. Kelabilanku pun semakin menjadi-jadi, semakin buas dan berkelas. Sepak terjangku mulai menjangkau cukup luas, aku mulai mendapatkan jati diriku sebagai salah satu remaja labil berprestasi di Indonesia. Pada suatu hari, aku Nico menelfonku. Dia menanyaiku tentang segala hal. Pasalnya pada kontak-kontak sebelumnya aku mengingkari jati diriku yang sebenarnya dengan mengaku-aku sebagai orang lain. Pura-pura amnesia seperti Fitri cukup membantu. Aku sadari itu. Cukup menyentuh. Halah ini apaan sih?!. Kembali pada saat-saat itu, dimana aku sangat bingung menjawab berondongan pertanyaan Nico. Hingga pada akhirnya, dengan memperlihatkan segenap kebodohanku. Aku mengaku mengenal salah seorang temannya. Bodohnya lagi, aku tidak berpikir panjang dan memperhitungkan hal-hal selanjutnya yang mungkin saja terjadi. Karena Nico tidak selabil aku, jadi pasti dia akan lebih berpikir secara rasional. Akibatnya, teman Nico yang aku udah ngaku-ngaku mengenalnya pun menghubungiku. Ini complicated banget, aku sama sekali tidak pernah memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Dulu dan sekarang, aku masih saja merutuki ketololanku dalam mengelola kelabilanku waktu itu. Sungguh, ini masih merupakan suatu aib yang sangat tabu untuk dipublikasikan. (loh trus?? Kenapa ini ditulis disini?? Dasar begooo). Pokoknya, aku merasa sudah menjadi remaja labil terbodoh di era itu. Dan tak ayal lagi, penyamaranku terbongkar dengan sadis. Bagaimana tidak? Teman Nico itu notabene adalah tetanggaku, yah meskipun jarak rumah kami cukup jauh. Tetapi itu cukup untuk menguak siapa diriku yang sebenarnya. Tanpa menebak-nebak lagi dia langsung mengetahui identitas dan motifku. Jujur, pada saat itu kadar malu yang aku rasakan melebihi kadar nitrogen yang menyelimuti bumi ini. Jika saja pada waktu itu ada tebing di dekat rumahku, aku jamin tulisan ini tidak akan beredar. Aku pasti sudah terjun bebas sampai ke pelosok-pelosok jurang itu dan membatu bersama bebatuan dasar jurang. Stempel remaja labil sukses yang nemplok di jidatku, luntur. Digantikan dengan stempel baru yaitu remaja labil blo’on. Aku stres...aku frustasi...aku bimbang...aku bingung...aku lapar.... Semua ini gara-gara NICO... (sambil melotot-lotot ala Leli Sagita di sinetron TERSANJUNG). Jika saja waktu pertandingan basket itu aku tidak menonton dan berteriak-teriak ala anak ayam kehilangan ekor saat Nico memasukkan bola ke ring lawan, jika saja waktu itu si Septa tidak mengiming-imingiku dengan nomor hape Nico dengan gelagat “terserah elo lahhh...”, jika saja waktu itu aku tidak buta dengan statement dan pengesahan stempel remaja labil yang sukses mengelola kelabilannya, jika saja waktu itu aku tidak dengan bodohnya pura-pura amnesia seperti Fitri dan berpura-pura mengaku sebagai Misca, jika saja waktu itu aku tidak dengan polosnya mengaku mengenal teman Nico yang ternyata adalah tetanggaku sendiri itu, jika saja waktu itu.... ada jurang di dekat rumahku... (masih mengharapkan terjun bebas ke jurang). Mengapa ini semua harus terjadi???? Mengapa ya Allah?? *sambil loncat-loncat ala pocong nabrak portal*
(sebenernya sih waktu adegan ini pengen sambil ngesot-ngesot aja,tapi kalo pas lagi asik ngesot trus ketemu pak satpam ntar yang ada malah di tendang-tendang, kan ngga asik). Dilanda kegalauan dahsyat seperti ini, selera makan, minum, sekolah dan nonton sinetron menjadi berkurang. Setiap bapakku nanya, “kamu kenapa nggak makan?” aku hanya menjawab dengan senyuman. Beruntung bapakku tidak segera menghubungi panti sakit jiwa terdekat. Ini adalah akibat dari remaja labil yang terlalu labil!!! mari kita mengheningkan cipta........
  •     Kelabilan ketiga
Kelabilan demi kelabilan telah aku lewati dimasa remajaku (sekarang juga masih remaja kok,hihi). Lelah dengan memburu gebetan yang berakhir pada kemaluan (baca: rasa malu tingkat bidadari mandi di kali), aku beralih pada kelabilan yang lain. Sejenak aku melupakan Nico, dan mulai berhenti mengintipnya saat makan di kantin juga berhenti menguntitnya kemanapun dia pergi. Fokusku pada tingkat kelabilan ini adalah misi cinta sahabatku Dilla. Dia menyukai salah seorang kakak kelas, anggap saja nama gebetannya Satrio. Si Satrio ini menurutku tidak pernah bertingkah seolah-olah dia adalah seorang ksatria. Padahal kata “Satrio” dalam kamus bahasa jawa berarti seorang pahlawan. Tetapi aku yakin, selama hidupnya dia tidak pernah bergabung dengan sekumpulan power rangers. Ini merupakan penyelewengan arti nama. Secara diam-diam Dilla dan Satrio ini menjalin hubungan, mereka bertemu di taman sekolah dengan cara mengendap-endap dan aku berperan sebagai  satpam yang menjaga agar mereka tidak diketahui orang lain. Sekarang kalo dipikir-pikir aku kok bego banget ya?? Mau-maunya gitu...nongkrong ditengah taman sambil celingak-celinguk sendirian mengantisipasi siapa yang datang. Ckckckck... gagal mengejar Nico malah sukses menjadi satpamwati. Anggap saja mereka backstreet (emang kenyataannya begitu), diantara teman-temanku hanya aku yang mengetahui hubungan mereka. Hubungan mereka berjalan mulus, selayaknya dua insan yang tengah dimabuk cinta mereka terlihat sangat mesra saat berduaan dan telihat tidak saling mengenal saat Satrio tengah berada di perkumpulan ganknya yang sangat tidak mutu. Bagaimana tidak? Kalo gank-gank anak sekolah yang biasa ditayangin di tivi-tivi kan keren-keren, dandanannya gaul-gaul, tingkahnya pun sok cool-cool, mentang-mentang sana-sini, setiap anak anggota gank lewat siswa yang lain pada menyingkir dan membungkuk-bungkuk memberi salam, setiap anggota gank berjalan di koridor sekolah angin kencang menyibak-nyibak rambut jabrik mereka dan terlantunlah lagu “kau buatku gerah...rah..rah..rah ini bukan sekedar angin biasa”. Nah ini...gank si Satrio ini... tongkrongan mereka nggak ada lain selain koridor depan kelas mereka, dan setiap nongkrong yang mereka lakukan nggak ada lain selain mengamati siswa-siswa lain dan berkomentar sesuka hati, lalu berteriak-teriak nggak jelas hingga sekolah sebelah menjadi panik dan berlomba-lomba menyiram tembok pemisah sekolah dengan puluhan ember air, mengira terjadi kebakaran disekolah kami. Aku tidak bisa dengan mudah membedakan, yang lagi ngumpul-ngumpul itu ganknya Satrio atau ibu-ibu lagi nggosip sama tukang sayur langganannya atau tukang becak lagi nunggu pelanggan?? Entahlah. Yang jelas seiring dengan perkembangan hubungan keduanya, masalahpun mulai menyeruak. Aku sih kurang begitu paham apa masalahnya. Yang aku tahu Dilla tiba-tiba mengis terisak-isak, ingusnya meleber kemana-mana sambil terus berkata “nyebelin...nyebelin kamu Satrio, kurang ajar.awas kamu!!” aku sudah mulai kehabisan kata-kata dan tissue. Yang bisa aku lakukan hanyalah diam dan ikut-ikutan meratapi nasib sahabatku ini. Aku paham, bagaimana rasanya remaja labil patah hati. Meskipun jujur, remaja labil seperti aku masih baik-baik saja dalam urusan hati. Melihat temanku yang sepertinya sangat menderita dan sakit hati. Aku menjadi panas, sebagai remaja yang tengah dilanda kelabilan... emosiku bergejolak. Aku dan seorang temanku yang lain mendatangi Satrio dan ganknya, di tempat tongkrongan nggak asik mereka.
“ heh, mas Satrio.... hmmm..ak..aku...m...mau ngo....ngomong...” ucapku terbata-bata. Jangan protes. Aku sudah suit dengan temanku ini sebelumnya untuk menentukan siapa yang akan bicara pada Satrio, sialnya aku mengacungkan telunjuk dan temanku mengacungkan jempol. Kampret... sekumpulan siswa penggosip ini membuat lututku keder.
“ apa? Ngomong disini aja....” jawabnya stay cool.
“ hmmm.... a...anu... anu... itu... anu... itu.....kenapa??”lagi-lagi lidahku kelu, pasti ini karena aku terlalu sering mendengarkan lagu Smash.
“ anu? Anu apa? “ tambahnya tetep dengan gaya stay cool, ingin rasanya aku tonjok. Kalo saja waktu itu aku berani udah jadi kepiting bengep tuh dia.
“ ih... masa nggak ngerti sih? Anu... tadi tuh anu dateng trus nangis...katanya sih karena anu... ya makanya anu itu kenapa?? “ jangan tanya!!! Sampai sekarang saja aku juga masih bingung aku ini ngomong apa. Kenapa aku malah lebih sering mengucap kata anu daripada una. Aku juga tidak mengerti.
“ hmmmm...bocah ini. Balik ke kelas aja sana... kita nggak ngerti kamu tuh mau ngomong apa. Kalo mau nembak Bombom langsung ngomong aja...” perintahnya sambil menunjuk teman se-ganknya yang very big size dengan diikuti kekehan ala Kala Gondang di sinetron kolosal Mak lampir. Kampret... kalo mau jodohin aku kenapa nggak sama Nico aja yang jelas...!! niatnya mau mempermalukan jadinya malah dipermalukan. Benar-benar kamprett sekakek-kakeknya kampret....!!! Kemarahan remaja cewek labil ini tidak dianggap oleh Satrio dan gank gosipnya yang merasa lebih tua dari remaja-remaja labil yang mereka tindas. Terang saja aku kesal setengah mati, lebih tepatnya sih bukan marah pada Satrio tapi pada lidahku yang terus saja menyebut kata “anu”. Ya jelas aja si Satrio nggak mudheng dan malah mengusirku. Sebagai manusia normal, dia mengambil keputusan yang benar. Tetapi tetap saja aku tidak terima, dalam hati aku bersmpah...aku akan membalas perbuatan satrio dan ganknya. Karena aku nggak mau kalah dengan Fitri yang ditengah-tengah keamnesiaannya saja dia masih mikirin gimana caranya membalas dendam pada Misca. Pelajaran yang bisa dipetik adalah remaja labilpun boleh saja marah... tetapi jangan terlalu banyak turut campur dalam masalah orang lain, tidak peduli seberapa labil dan emosi diri kita. Karena konduksi emosi labil akan menciptakan sebuah kata yang belum pernah dicetak dalam kamus besar yaitu “anu”. Stoooop... cukupkan. Selain itu.... ketika kelabilan melanda kurangi dosis nonton sinetron!!!, karena dapat berakibat fatal.... banting saja tivinya!!!

Tidak ada komentar: